Dalam model ini tiga budaya diwakili oleh tiga bentuk
geometrik yang berbeda. Budaya A dan Budaya B relatif serupa. Sedangkan Budaya
A dan budaya C terdapat perbedaan bentuk dan jaraknya yang lebih jauh. Ini
menunjukan bahwa individu dibentuk oleh budaya. Namun meskipun budaya yang
mempengaruhi individu, orang-orang dalam suatu budaya mempunyai sifat-sifat
yang berbeda satu sama lain.
Panah-panah
yang menghubungkan masing-masing budaya menunjukan arah proses pengiriman
pesan. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, maka pesan itu
mengandung makna yang dikehendaki oleh encoder. Ketika suatu pesan harus
disandi balik, pesan itu sudah mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh
budaya decoder telah menjadi bagian dari makna pesan. Makna dalam pesan asli
telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, karena
perbedaan budaya dan persepsi dari masing masing individu.
Perubahan
antara budaya A dan B lebih kecil daripada perubahan antara budaya A dan C.
Budaya A dan B memiliki kemiripan yang lebih besar, sehingga makna dalam pesan
asli yang disampaikan mendekati makna yang sama. Tetapi karena budaya C sangat
berbeda dengan budaya A dan budaya B, penyandian baliknya juga sangat berbeda.
Model
ini menunjukkan komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak situasi dari
interaksi orang-orang yang berbeda budaya secara ekstrem hingga yang berbudaya
hampir sama. Faktor-faktor budaya yang berbeda itu saja dilihat dari penampakan
fisik, agama, filsafat, sikap-sikap sosial, bahasa, konsep dasar diri, dan
derajat perkembangan teknologi.
Contoh
dari model ini adalah seorang muslim (Budaya A) dan seorang Kristen (Budaya B)
ketika mereka berbicara tentang konsep ketuhanan. Masing-masing sepakat bahwa
tuhan ada dan tuhanlah yang menciptakan kita. Walaupun kepercayaan dan cara
beribadah mereka berbeda. Perdebatan akan lebih panas lagi bila dilakukan oleh
orang ateis (Budaya C).
(Sumber : Buku Komunikasi Antarbudaya Prof. Deddy
Mulyana, M.A, Ph.D dan Jallaludin Rahmat)
